Monday, December 12, 2005

Cloning, Tuhan dan Hindu

gambar diambil dari http://www.bioscinet.bbsrc.ac.uk/images/dolly.jpgSemeton yang berbagia,
Dalam Hindu, tersedia tempat yang seluas-luasnya untuk siapa dan apa saja. Ada tempat yang nyaman untuk orang biasa seperti saya, untuk seorang yang dengan kepasrahan hati berserah kepada Tuhan, untuk seorang yang tidak peduli, seorang yang percaya, seorang yang tidak percaya bahkan bagi seorang Atheis sekalipun Hindu adalah tempat yang tidak terlalu buruk. (disarikan secara bebas dari "Am I a Hindu?" by Visvanathan). "Kebebasan" inilah yang kira-kira membuat saya nyaman menjadi seorang Hindu.

Tentang Tuhan dan Manusia, saya menganggapnya 'sederhana' saja. Tuhan dengan atau tanpa dipercaya oleh siapapun, tetap demikian adanya. Saya meyakini ada hukum maha sempurna yang telah diciptakanNya dan sekarang hukum itulah yang bekerja tanpa pengecualian. Tidak ada yang lepas dari situ, termasuk Tuhan sendiri pun, sekali lagi menurut saya, tidak akan melanggar hukum itu.

Cloning, dalam pendapat saya yang sederhana, adalah dalam kuasa Tuhan itu sendiri melalui tangan-tangan kecil manusia. Seperti halnya kisah popular tentang seorang religius yang hampir tenggelam dan menolak pertolongan TIM SAR karena yakin Tuhan akan menolongnya. Mengejutkan baginya, Tuhan "tidak datang" padanya hingga dia mati tenggelam.

Dalam sebuah pengadilan Tuhan, diprotesnya mengapa Tuhan tidak datang padahal dia orang yang religius. Tuhan dengan bahasa gaul menjawab "Ah elu sih, gua kan sudah kirimin TIM SAR tadi buat nolongin. Elu-nya aja yang kagak mau!" Intinya, tidak ada kejadian yang berada di luar kuasa hukum Tuhan.

Tuhan, dengan hukumnya yang maha sempurna, tidak datang dengan wujud fisik (apalagi untuk saya yang masih penuh debu dan nista) untuk menunjukkan keberadaanNya. Seperti halnya dalam tempayan berair jernih, di situlah bayangan bulan tampak sempurna. (diadaptasi dari Wayang Cenk Blonk, "Katundung Ngada")

Tanpa menjadi seorang yang mudah menyerah pada keadaan, saya menempatkan Tuhan dalam setiap proses kecil yang tampak maupun tidak tampak.

Email dalam diskusi tentang Cloning dan Tuhan di milis kmhd gaul. Gambar domba diambil dari http://www.bioscinet.bbsrc.ac.uk/images/dolly.jpg

Thursday, December 08, 2005

Tidak Muluk-muluk

“Biasa saja, apa adanya dan menjadi diri sendiri.” Begitu petuah usang yang barangkali populer bagi banyak sekali orang. Hampir semuanya mengatakan ini, terutama mereka yang, seperti juga saya, diracuni banyak sekali tontonan dan bacaan.

Tetapi kenyataannya, seperti yang saya alami sendiri, tidak mudah melakukannya. Kadang definisi ”menjadi diri sendiri” pun kabur. Ada yang bersikeras mengatakan bahwa menjadi diri sendiri dicirikan dengan tidak ikut-ikutan orang lain, artinya ”harus beda”. Ada juga yang mengatakan, tidak peduli meniru atau tidak, yang penting mengikuti hati nurani. Runyamnya, ada juga yang mengatakan, menjadi diri sendiri adalah justru pintar dalam membaca tanda-tanda jaman. ”Inilah diriku, fleksibel dan adaptif” begitu seorang kawan berujar.

Sudah tiga kali mobil tua saya mogok di sekitar Sydney dan tiga kali juga menghubungi NRMA, sebuah perusahaan asuransi kendaraan. ”We’ll be there in about 90 minutes”, begitu seorang gadis berujar di seberang telepon. Dalam waktu 23 menit, sebuah kendaraan penolong sudah datang. Luar biasa, mereka datang jauh lebih awal dari janji mereka. Dan kejadian ini adalah di sebuah highway antara Sydney – Canberra yang sepi dan jauh dari pemukiman. Usaha mereka patut diacungi jempol. Dua kejadian lain pun serupa. Petugas selalu datang jauh lebih awal dari janji mereka. Mengagumkan.

Satu lagi, tadi pagi ada kejadian yang sangat aneh di Sydney: mati lampu! Tanpa pikir panjang, saya pun menghubungi Energy Australia dan mendapat penjelasan bahwa listrik memang padam di dua suburb dan diperkirakan sudah normal pada pukul 10.30 pagi. Mengejutkan dan sekaligus menggembirakan, listrik sudah normal pukul 9.12 pagi. Lagi-lagi, ini jauh lebih awal dari janji mereka.

Diam-diam saya mengagumi NRMA dan Energy Australia karena kepolosan dan ketidakmuluk-mulukannya dalam berjanji. Seandainya saja mereka menjanjikan sesuatu dalam 10 menit tetapi kenyataannya baru terlaksana 12 menit 30 detik kemudian, barangkali saya tidak akan pernah mengagumi mereka begitu rupa. Barangkali inilah cara mereka menjadi diri sendiri.